Kerajaan Banjar Virtual

Kada Ulun Biarakan Budaya Banjar Hilang di Dunia

Balai Amas dan Batu Beranak

Posted by Anak Sultan pada Oktober 19, 2007

Cerita ini oleh-oleh dari pulang kampung tempat mertua di Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Asal mula cerita Balai Amas (Balai Emas) dan Batu Beranak ini merupakan sebuah tempat berdirinya pohon Ulin yang sangat besar.

Balai Emas dan Batu Beranak

Dahulu kala, disebuah pohon Ulin yang sangat besar ini hidup seekor burung Garuda yang setiap waktu kerjaannya memakan anak bayi yang masih di dalam ayunan. Karena semakin lama semakin meresahkan, para penduduk kampung bersepakat untuk memikirkan cara bagaimana menyingkirkan burung Garuda tersebut. Pohon Ulin itu mempunyai diameter kira-kira sama besarnya dengan rumah tipe 36. (Gambar bangunan di atas mencerminkan besarnya ukuran pohon kayu ulin tersebut.)

Berbagai macam peralatan dicobakan untuk menebang pohon ulin tersebut tetapi tidak satupun yang mampu menggores batang kayunya. Akhirnya ada seorang tetuha kampung setempat mencoba menumbangkan pohon tersebut dengan sebilah pisau. Dikorek perlahan-lahan akar pohon ulin tersebut dengan hanya menggunakan sebilah pisau kecil tidak disangka-sangka pohon Ulin raksasa inipun roboh bersama burung Garuda di atasnya. Konon, saking tinggi dan besarnya pohon Ulin ini pucuknya sampai roboh ke daerah Marabahan, Barito Kuala (± 50 km dari Banjarmasin, ± 200 km dari Kandangan), sehingga nama daerah itu disebut Marabahan yang berarti tempat rabah (roboh) pohon Ulin tadi.

Setelah keadaan aman, bekas tumbuh pohon Ulin tadi dibuat sebuah balai (ada gambarnya). Di balai inilah sejak dulu diadakan berbagai macam selamatan dan acara adat setiap tahunnya. Menurut informasi pada malam ahad ini tanggal 20 Oktober 2007 akan diadakan upacara Manaradak di balai tersebut, sebagai tanda awal menanam padi.

Di kampung ini juga ada dua buah tempat yang diyakini penduduk memiliki kesaktian, yaitu Batu Beranak. Tempat batu beranak ini asalnya tidak ada apa-apa, tiba-tiba bermunculan batu-batu memenuhi tempat tersebut sehingga oleh penduduk setempat diberi gelar Batu Beranak. Konon, ukuran batu yang ada disini bisa tumbuh berkembang sampai akhirnya melahirkan batu kecil di sekelilingnya, begitu seterusnya seperti siklus hidup manusia.

Pernah ada yang iseng-iseng mencoba mengukur batu tersebut, setiap hari Jumat batu yang sama diukur dan menurut keterangan para saksi batu yang diukur tersebut memang terus bertambah ukurannya. Pernah juga ada orang yang mengambil untuk dibawa pulang ternyata beberapa hari kemudian batunya hilang setelah diperiksa batu yang sama kembali ke tempatnya semula.

Demikian sekilas oleh-oleh cerita dari kampung dan memperkenalkan tempat yang diyakini masyarakat setempat sebagai tempat berkeramat sebagai bagian dari kekayaan budaya Banjar.

Bagi yang penasaran, silakan untuk mengunjungi dua tempat tersebut. Pisau yang digunakan untuk merobohkan pohon Ulin tadi masih disimpan secara turun temurun oleh penduduk kampung, bila berkunjung ke sana bisa mencari informasi lebih lanjut. Untuk sementara diberi photonya dulu.

Kada Ulun Biarakan Budaya Banjar Hilang di Dunia !

75 Tanggapan to “Balai Amas dan Batu Beranak”

  1. n`cos said

    uy dingsanak… ikam urang Balai Amas kah? tapi mintuha ikam aja lih. kadapapa yang penting parak rumah. aku waktu halus di desa Ulin. parak lawan SDN ULIN I tarus dikit ampah ka Amparaya.

    dulu, waktu masih SD aku lumayan sering jalan ke kampung ini dengan jalan kaki bersama teman sepermainan. tidak lupa, kami mengukur batu tersebut dengan bilah lidi (ranting) karena kami -waktu kecil dulu- yakin kalau batu tersebut pada hari berikutnya akan lebih besar dari ukuran awal (meskipun kami tak pernah mengukur ulang kembali).
    tak lupa kalau main ketempat ini kami sempatkan memberi makan ikan kalui di kolam mushalla dekat batu beranak itu.

    jadi kangen kampung. hiks….

  2. peyek said

    Hm… menarik!

  3. GWnya said

    gile..yakin tuch pohon ulin segede rumah tipe 36..gede amir..gw gak bisa mbayangin eu y klo tingginya berapa klo diameter segitu….n bisa bikin rumah berapa biji y…

  4. alfaroby said

    ini dia salah satu keajaiban Tuhan

  5. taufik said

    oii, sakalinya dangsanak jua nang manulis, kada urang….
    ulun urang Wasah, tapi bagana di banjar wayah hini…
    salam kenal haja

  6. fadli said

    ga percayaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa??????????????

    huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu?

    isuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu?

  7. Dogeria said

    smoga situs budaya dan cerita yang menyertainya mempererat kekeluargaan kita semua urang banjar …ulun mendukung pian lestarikan dan gali budaya banjar dari setiap jengkal tanah yang ada di banua kita…trims kaka Ersa .. please surf : http://surabaya.indo.net.id/bromosunrise atau http://www.bromo-ijendiscovery.com email ulun : rocketable_city@yahoo.co.nz ……..save our culture !

  8. tria said

    uy……. bujurkah???????? semalam waktu PKL lawan Pa’Hariyadi n Pa’ Anis ada ae sampat kasitu tapi rasa kada parcaya masih pank. tu nah di Balai Laki, masih bangus bangunannya. kenapa kada di foto untuk dokumentasi????????

  9. Ruri said

    hehehe . .

    Rame kisah nya dinsanak ae . .

    Owww
    kya otualati kisah nya . .
    damhatiku ti ky pa kah . . .
    Coba vnk tambahi lagi kisah nya . .
    baastilah ,,, bjur2 , , , supaya orang kada bingung . . .
    heee
    baik2 haja laa dinsanak . .

    jangan kada ingat kunjungi http://casperkandangan.blogspot.com

    ulun orang bakarung kecamatan angkinang . . .hee

  10. tyas said

    percaya nggak percaya lah. wong namanya juga legenda alias cerita rakyat. Bagusss..! Boleh di download ke blog saya ya.

  11. Bisa minta alamat lengkapnya…? Siapa tau saat hunting bisa didokumentasikan untuk dokumenter. O..ia ulun urang Banjar jua, Mama Rantau, Abah dari P.Bun. Ulun badiam di Kayutangi, bagawi di salah satu stasiun televisi nasional. Ulun sudah rancak jua maangkat budaya Banjar, jadi mun ada yang bagus, tolong aza dikabari gasan dieksplor. Mun Balamut pernah diangkat, cuma penasaran dengan tradisi Dundam. Kawakah dicarikan orang2nya untuk diliput?

  12. Ibnu Thoyib said

    Bah dusta ganal aja tu, batu beranak lah apa lah. Nang paling parah kdd lagi yang diurus sampai meng karamatakan batu wan yang aneh-aneh lainnya, besalamatan disana lai, parah banar. Banyak lagi yang lebih penting diurus daripada meurus batu lawan balai yang kdd gunanya.

  13. putrazs said

    ulun rancak ai singgah di kandangan, mun bjalanan ke bjm dr bpp.
    hintangan mana garang wadahnya, parak jalan raya aja kah…..?

    Salam Benua Etam ,
    putrazs

  14. Ruri said

    SlaMm . . . . . .

  15. My..khel.. said

    I dont know that indonesia have a great tale..

  16. Dina said

    Kampung halaman papa n mama di kandangan, tapi belum pernah ke tempat itu …
    Ke kandangan cuma satu kali setahun, itu juga pas Iedul Fitri …
    Makasih dah nambah info ttg kandangan …
    Jadi kangen ma kal-sel, especially kandangan …
    Fighting Kandangan for bright future …

  17. da riaz said

    wah…walaupun mitos…yang tentu sangat relatif benar atau tidaknya..tapi..ini tetap aset budaya yang mesti dipertahankan…good job bro…salam dari seberang..

  18. saiful bachri said

    jgn percaya lu ntar siri……………………k dosa besar.

  19. randy said

    Uma hanyar mandangar kisahnya nah, padahal saumuran hidup di kandangan

  20. Aprilia said

    Assalamu ‘alaikum semuanya.
    Lagi sedih…Mama ku asli Banjar, tapi keluarga besar semuaan tinggal di Jakarta. Aku sekarang mengajar di sebuah TK di Jakarta, tema minggu depan adalah Budaya Banjar, dan akulah yang diminta buat ngasih materi ke anak-anak tentang budaya Banjar tersebut, dan aku sadar..aku gak ngerti. Makanya sedih. Ini lagi cari2 bahan buat dikasih tau ke anak-anak. Bahasa Banjar aku gak bisa ngomongnya..tapi lumayan ngerti (dikit-dikit). Pulang kampung pun belum pernah. Hua…jadi pengen kesana deh.
    Makanya seneng banget nih nemu Web ini. Makasih ya..

  21. Fitri said

    ya.ya.ya. unik dan menarik ceritanya..

    benar atau tidak kejadian itu, tetaplah lestarikan budaya banjar.

  22. ceritanya sangat menarik.
    itulah cerita keragaman budaya
    jadi ingin kembali ke kandangan, walaupun saya bukan orang kandangan dan hanya pernah singgah kesana karena tugas di banjarmasin.

  23. iwan priyadi said

    Hm…manarik jua ai kisahnya. Bujur apa kada, nang nyata kisahnya manarik lawan bisa kita ambil hikmahnya. Kalu malihat fotonya nih, aku jadi kaganangan awan kota asalku…kandangan, di jalan singakarsa. Tarus tulis kisah-kisah nang manarik. Jadi kami nang ada di jawa bisa malapas rindu, bisa baca kisah dari daerahasal. Tarimakasih lah…..

  24. darma said

    iye serem buanget ye pohon segede gitu …..? untung cuma ada di banjar masin coba klo ada d kmpung gw jakarta wawawahhh gedung bertingkat pada minder men takut kena rubuh hehehehe

  25. Assalamu’alaikum, dangsak… mantap tulisannya sbg dokumentasi budaya anak banua tanah banyu banjar. Aku juga pernah tinggal di Simpur sekitar 2 th an di sana (1999-2000) karena ada kerjaan di sana termasuk juga di desa wasah,hantarukung, ulin, bayur,balai amas, amparaya, keramat,tanggul: mengenai batu baranak dan balai amas, aku juga pernah di ajak melihat-lihat tempat tersebut yang mengajak adalah PPL Sarjono(simpur) dan Guru Ibramsyah(bayur) dan tempat itu dikeramatkan oleh masyarakat setempat dan cerita seperti yang dangsak tulis: aku sendiri waktu itu tidak begitu tertarik karena tempatnya biasa-biasa saja dan tidak terpikir untuk mendokumentasikannya. Terima kasih, jadi kaganangan…”

  26. riri said

    unik banget….. mana ad rmh kaya gitu

  27. Ryna Usman said

    Umaa..umaaa..
    GnaL’x pank poHon uLin..

  28. Roney an najmuts tsaaqib said

    Duch q suka bgt s’mua crta tntng d’aerah kta mua na az!k2 k!sah td ky ad t’buat k!sah datu nurbaya y tah br0 asa ingt asa kd jua q. Jd btkun he.he

  29. Kamal Ansyari said

    Ini salah satu budaya tanah banjar jadi harus dilestarikan.
    Masalah percaya atau tidak, masalah syirik atau tidak, itu masalah pribadi masing-masing.
    Saya dukung pelestarian khazanah cerita kandangan seperti datu ulin, datu ning bulang di hantarukung, datu hamawang dan sejarah mesjid quba, tumenggung antaluddin mempertahankan benteng gunung madang, bukhari dan perang amuk hantarukung di simpur, datu naga ningkurungan di lukloa, datu singakarsa di pandai, mesjid ba angkat di wasah, dakwah penyebaran agama islam datu taniran dan datu balimau, kuburan tumpang talu di parincahan, pahlawan wanita aluh idut di tinggiran, panglima dambung di padang batung sampai cerita tentang perang kemerdekaan Divisi 4 ALRI yang dipimpin Brigjen H. Hasan Basyri dan pembacaan teks proklamasinya di Kandangan.Semuanya adalah salah satu aset budaya bagi Kalimantan Selatan.

  30. Amelia said

    lanjutakan,,budaya banjar kada boleh lenyap,,,banjar ok!!!!

  31. jani said

    lumayan buat koleksi cerita rakyat…..

  32. Rizky said

    Cerita rakyat memang sering dilebih-lebihkan, tapi selalu ada makna tersirat didalamnya dan itu yang sebaiknya kita simpulkan. Pernah mendengar cerita tentang Marabahan, asal mula nama itu berasal dari kata Muara Bahan, muara sungai Bahan. Hanya Allah Yang Maha Tahu.

  33. raizafi said

    bujur jua kah tuh

  34. riza amandit dayak loksado said

    Bujuran atau kada nang panting di haragu wan dilestariakan dahulu kisah-kisah rakyat banua saurang, orang d luar kalimantan gen byk b isi legenda nang kd masuk akal ( m anduh2 pulang kisahx), jd sinetron pulang (cair sutradarax) …..(sharusx kita bangga b isi jua kisah rakyat kalimantan selatan)
    Kandangan cing ai……

  35. […] cerita rakyat kalsel Posted on April 30, 2010 by littleimran Balai Amas dan Batu Beranak […]

  36. awer said

    keeeeeeeeerrrrrrreeeeeeen lah yg satu ini,,,
    batu bisa beranak coba ada yg punya photo pohon nya yah..pasti lebih sruu,tp pastii gk ada hehhe..

  37. EKO BAHRIN said

    OK BGT…LANJUTKAN

  38. kiee said

    mantan q org bayuur/ulin snaaa jadii kangeeeen….xixixi

  39. adin said

    aku punya juga batu beranak sepasang……dan setiap lima tahun sekali mereka bereproduksi(mempunyai keturunan)mngkin teman2 ndak percaya n sampai sekarang batu masih ada sampai sekarang,,,,,,dulu batu ini pemberian nenek buyut aku………dan kami sekeluarga memberi makan dengan beras ketan,,,,,,

  40. kalaka aboel said

    i ya ai saurang biasapang kasitu dasar batunya ahu am pulang bujurkah kaya itu pas bulik kampoeng hari raya idul fitri tahun 2010

  41. kalaka aboel said

    i ya ai saurang biasapang kasitu dasar batunya banyak ahu am pulang bujurkah kaya itu pas bulik kampoeng hari raya idul fitri tahun 2010

  42. kalaka aboel said

    saurang ne matan kampoeng pisangan getek laluai rasa handak banar bulik maliati buncu banua dipinggir sungai amandit

  43. alhamduliilaah prk lwan rumah aq,,,,jd ad z yg bisa dibangga akan,,,,!! Datu Ulin………Mantapzz

  44. yudha said

    mntap …ulun rank parak sana jua…desa srng hlang…….

  45. Assalamualaikum dangsanak baratan…
    Ulun putra parincahan ( Bubuhan Muhara Banyu Barau Menyapa )
    Tetap lestarikan budaya kita jangan sampai pupus…
    ulun sebelumnya minta maaf ada sebagian artikel dari blog ini saya muat di blog saya
    di http://www.bpncyber.blogspot.com mohon maaf yang punya artikel tidak setuju saya akan hapus.
    saya sangat tertarik untuk melestarikan budaya banjar..
    sekarang saya berdomisili di balikpapan…
    tapi saya sangat cinta akan suku banjar karena saya adalah salah satu putra banjar..
    terimakasih admin..

    Sasahi Lakasi…

  46. Ewew said

    beghhhh hanyar tahu nah kisahnya kaya itu……..
    mentep juwa lah…
    mudahan kena sekali kali buhan “Dua Dunia” yg d trans tu menguak misteri nang sbuting nginih

  47. Zahra said

    Heran aku kawalah batu tuh be’anakkan???

  48. Zahra said

    Ui masyarakat balai amas?
    kisahnya ngeri jua lah, batu kawa be’anakkan kaya apa lah?

  49. Dhila said

    Makasih ya atas berita nya?
    aku ada tugas buat kliping cerita kalimantan.
    ini cerita yang paling bagus menurut ibu guru ku.
    Sekali lagi aku ucapkan kepada yang membuat cerita ini di internet!……… _-_!

  50. sssssssssssssss said

    mmmmmmmmmmmmmmaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnttttttttttttttttttttttttttttttaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaapppppppppppppppppppppppppppp……..abieeeeeeeeeeessssszzzzzzzzzzzzzz

  51. Namaku Fitriadi Rahman… aku lahir besar di Desa Ulin tempat Batu Beranakan, Balai Mas dan Pohon Ulin (yg punggungnya dijadikan lantai Mesjid Lama “Buruk” hingga sekarang)

    Bagi yang tidak percaya silahkan berkunjung dan silahkan berikan komentar

  52. abu zien said

    ok

  53. AKU ARDI SUKU BANJAR JUGA YANG TINGGAL DI TEMBILAHAN , INHIL RIAU , AKU LAHIR DIRIAU, BAPAK KU LAHIR DI MARTAPURA, TAPI AKU BELUM PERNAH KE KALSEL, SEANDAINYA SAYA KE KANDANGAN KE TEMPAT SIAPA YANG SAYA TUJU, SAYA GAK PUNYA BUBUHAN DISANA?

    • umpat pang komen jua nh aku org kelahiran kamal balai mas jua nah dulu rami jua nini bakesah ttg pohon ulin yg besarnya klu d hitung meter itu kurang lebih 17m persegi dan tinggi ujar seukur suara seruling sampai ke awan dan nini bersama kayi itu punya kapaknya yg sdh simpak yg sekarang d haragu /d sipan d rumah abah ukuh d kamal dan sispakan yg lainnya dulu ujar d rumah H Da,ar d tanjak wayah ini kd tahu d tempat siapa.sampai di sini dlu nh

  54. Alhamdulillaah ta umpat tabaca, ulun ne urang kandangan jua, tepatnya di Desa Tanjak RT/RW 05/03 Pantai Ulin, makin sayang kandangan, mudahan bsa mnjaga kebudayaan asli urang kandangan, Kandangan CING’ AEE Heee…

  55. Uma ae raminya mangisahkan kisah padatuan lih ae … aku bujur haja to katurunan buhan datu ulin tibak di abah, uma ku buhan datu duhat [ dangsanak datu ulin ] kd pernah besinggah beastilah k balai amas ngitu … mun lalu rancak haja funk tulak meunjun ka bayur wkwkwkw

    nang aku tahu datu ulin ne dada hidin babulu labat makanya buhan anak cucu hidin rata-rata bebulu dada , burung garuda to inguan hidin , buhan katurunan hidin mun garing, kamurawa’an rancak bisa mandangar garuda bakapak di hatap rumah, dangsanak abah nang biasa mandangar, mun datu duhat to hidin beisian sumpit, ading mama lagi halus pas garing biasa di ilangi padatuan, bagantar rumah hidin manyandarkan sumpit han timbul ku umpat bakisah jua hihi

    mun ular nang manjaga balai amas to kaka ku nang suah balampah, dasar malingkar ularnya jer, kdd gawian buhan nya maka kisah balampah ndak malihat intan nang ky tungkul jer, harau timbul malihat ularnya banar ae wkwkw

    buhan kayi tibak di abah bagana parak masjigit hamparya sana lwn di pantai ulin, mun nining buhan halaban, tibak di uma buhan gambir buhan datu duhat han jadi am liwar cucuk bnr lawan kisah ne, apa mambacai kisah padatuan seorang jua …

    salam haja gasan orang banua hulu sungai, apa ku wyh ne bagana di banjar nah jarang bulik

  56. Hanyar tabaca nah. Liwar rami kisahnya, apalagi bubuhan tutuha kita nag bakisah, samalaman kada baguringan. Jadi ulun himung banar kalo ada urang nang ma ungkai kisah bahari.
    Ulun urang Pasar Arba bagana di Banjar, jarang jua bulik, Uiii kuila kula, tarima kasih.

Tinggalkan Balasan ke EKO BAHRIN Batalkan balasan